Nyeri Jelang Menstuasi Jangan Diremehkan

Nyeri Jelang Menstuasi Jangan Diremehkan

Nyeri Jelang Menstuasi Jangan Diremehkan

Nyeri terkait menstruasi seringkali dianggap “normal” oleh kebanyakan wanita. Mereka bahkan menganggap nyeri merupakan bagian dari menstruasi. Padahal, nyeri bisa menjadi gejala penyakit-penyakit yang lebih serius, salah satunya endometriosis.

Menurut Profesor Ali Baziad, pakar kesehatan kandungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), nyeri yang perlu diwaspadai adalah yang berlangsung satu hari menjelang, selama, dan selesai menstruasi. Nyeri biasanya dirasakan pada perut, panggul, hingga punggung.

“Nyeri bisa juga disertai gejala khas lainnya seperti pusing, mual, dan muntah,” jelasnya di sela-sela peluncuran obat endometriosis, Kamis (19/9/2013) di Jakarta.

Endometriosis merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh jaringan endometrium yang terdapat di dalam rahim (uterus) ditemukan tumbuh di tempat lain dalam tubuh. Jaringan ini seringnya melakukan perlengketan pada indung telur dan semua organ di dalam panggul wanita.

Jika tumbuh di luar rahim, jaringan endometrium akan menyebabkan meningkatnya kadar hormon dalam tubuh wanita selama proses menstruasi. Endometriosis bahkan juga dapat menyebabkan munculnya kista indung telur yang terkadang sangat besar dan menimbulkan nyeri.

Kendati demikian, Ali mengatakan, tidak semua nyeri saat menstruasi selalu diakibatkan oleh endometriosis. Nyeri akibat endometriosis umumnya sangat hebat hingga menyebabkan wanita tidak mampu menjalani aktivitasnya sehari-hari.

“Wanita yang mengalami nyeri akibat endometriosis biasanya menunda kegiatannya untuk satu hari saat puncak nyeri. Ini tentu menyebabkan terganggunya produktivitas,” ujarnya.

Salah kaprah

Ali mengatakan, nyeri yang diikuti dengan pusing, mual, dan muntah sering diartikan gejala penyakit lain oleh kebanyakan wanita. Karena itu, mereka pun kerap salah kaprah dalam memilih obat.

“Saat timbul gejala, mereka malah minum obat masuk angin. Meski gejalanya bisa mirip, tapi yang perlu diperhatikan, gejala tersebut timbul setiap menstruasi. Maka kemungkinan besar berhubungan dengan endometriosis,” tutur dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Bersalin YPK ini.

Kebanyakan wanita, imbuh dia, juga memilih untuk minum obat pereda nyeri. Padahal obat pereda nyeri hanya dapat menekan saraf sehingga mengurangi rasa nyerinya saja. Sementara, penyakit yang sebenarnya terus ada.

Oleh karenanya, Ali menyarankan untuk berkonsultasi setiap mengalami gejala-gejala yang mencurigakan. Diagnosa yang tepat akan menghasilkan penanganan gejala penyakit yang lebih baik.

Mengenal PCOS dan Endometriosis, Penyebab Wanita Sulit Hamil

Mengenal PCOS dan Endometriosis, Penyebab Wanita Sulit Hamil

Bebeberapa waktu belakangan ini, beberapa selebriti Hollywood menampilkan kisah perjuangan mereka menghadapi sindrom ovarium polikistik atau endometriosis di media sosial.

Bintang Star Wars: The Force Awakens, Daisy Ridley, menulis di Instagram bahwa dia telah mencoba segalanya mulai dari bebagai produk obat jerawat, antibiotik, lebih banyak obat jerawat dan lebih banyak antibiotik untuk mengobati jerawat yang tak kunjung hilang, sampai akhirnya dia tahu bahwa dia menderita sindrom ovarium polikistik (polycystic ovary syndrome atau PCOS).

PCOS adalah kondisi hormonal yang dapat menyebabkan kista tumbuh pada ovarium. Tokoh publik lainnya seperti Lena Dunham, Padma Lakshmi dan Tia Mowry-Hardrict, juga tentang bagaimana endometriosis memengaruhi kesehatan mereka.

Endometriosis terjadi ketika jaringan endometrium (lapisan dalam rahim) tumbuh di luar rahim. Di luar mereka, ada wanita-wanita lain yang juga menderita PCOS, endometrium dan bahkan keduanya.

Meskipun sebagian besar gejala antara PCOS dan endometrium berbeda dan memengaruhi bagian-bagian sistem reproduksi yang berbeda juga, keduanya bisa menyebabkan masalah kesuburan.

Sayangnya, tak banyak wanita yang memahami perbedaan gejala dari keduanya.
Bahkan, ada yang tak paham apapun sehingga tidak merasa harus memeriksakan diri ke dokter.

Ini adalah kondisi yang memprihatinkan. Wanita harus memahami hal-hal yang mungkin menimpa dirinya. Setidaknya memiliki pengetahuan dasar mengenai hal tersebut.

Sebagai panduan, inilah perbedaan gejala antara PCOS dan endometrium dan ciri-ciri jika Anda menderita keduanya.

Sindrom ovarium polikistik

PCOS terjadi karena ketidakseimbangan hormon, kata Sherry Ross, M.D., dokter kebidanan dan kandungan dan ahli kesehatan wanita di Providence Saint John’s Health Center di Santa Monica, California.

PCOS terjadi ketika ovarium atau kelenjar adrenal memproduksi hormon pria lebih dari biasanya, menurut kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS.

Gejala utama:

Menstruasi yang tidak teratur. “Haid datang setiap dua sampai tiga bulan atau bahkan hanya sekali atau dua kali dalam setahun,” kata Ross. Panjang antara periode haid mungkin berbeda-beda.

Anda mengalami kenaikan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sehingga wanita dengan PCOS lebih cenderung kelebihan berat badan atau obesitas.

Akibat berlebihnya hormon pria, tumbuh rambut di tempat-tempat tak terduga seperti di dagu atau dada. Kondisi ini disebut hirsutisme.

Di sisi lain, Anda juga mungkin mengalami pola kebotakan seperti yang terjadi pada pria, kata Idries Abdur-Rahman, M.D., dokter kebidanan dan kandungan di AS. Kulit Anda juga cenderung berjerawat dan berminyak.

Karena tidak berovulasi secara teratur, maka Anda kesulitan untuk hamil.

Endometriosis

Para ahli tidak yakin apa yang menyebabkan pertumbuhan abnormal lapisan endometrium yang diperkirakan memengaruhi sekitar 10 persen wanita di dunia.

Gejala utama:

“Anda memiliki periode haid yang nyeri, bahkan sangat nyeri, kram yang begitu parah sehingga dapat mengganggu rutinitas normal sehari-hari Anda,” kata Ross.

Nyeri juga mungkin terjadi saat berhubungan seks atau saat berkemih. Rasa nyeri tetap ada, terutama di bagian panggul, meski Anda sedang tidak melakukan dua aktivitas itu, kata Abdur-Rahman.

Seperti halnya PCOS, endometrium juga menyebabkan wanita penderitanya kesulitan untuk hamil walau tak menutup kemungkinan kehamilan bisa tetap terjadi.

Jika Anda memiliki keduanya

Ada banyak kemungkinan gejala yang mungkin timbul. Anda mungkin jarang mendapat haid dan ketika haid datang, itu bisa sangat menyakitkan, jelas Abdur-Rahman.

Atau mungkin Anda mengalami nyeri panggul yang konsisten dan rambut tumbuh di tempat-tempat aneh pada tubuh Anda. Yang jelas, Anda akan mengalami kesulitan untuk mengandung, kata Ross .

Inilah yang dapat Anda lakukan

Penggunaan KB hormonal biasanya dapat membantu meringankan gejala PCOS dan endometriosis karena KB hormonal dapat membantu mengatur periode haid dan membuatnya kurang menyakitkan, kata Abdur-Rahman.

Dokter dapat mencoba untuk melakukan pembedahan untuk membuang kelebihan lapisan endometrium atau melakukan operasi pengangkatan rahim dan indung telur sebagai pilihan terakhir.

Pengobatan PCOS lebih ditargetkan pada penanganan gejala sehingga mungkin dokter akan meresepkan obat untuk menghalau pertumbuhan rambut yang abnormal, jerawat dan masalah kesehatan lainnya yang berkenaan dengan kenaikan berat badan.

Karena masalah kesuburan dapat menjadi gejala yang paling mengkhawatirkan bagi beberapa wanita dengan PCOS endometriosis atau keduanya, dokter mungkin akan menawarkan Anda ikut program IVF atau bayi tabung, atau meresepkan berbagai obat yang dirancang untuk meningkatkan kesuburan.

Mengapa Endometriosis Membuat Sulit Hamil ?

Endometriosis adalah penyakit inflamasi dimana ditemukan adanya jaringan endometrium atau dinding dalam rahim di tempat yang tidak seharusnya, bisa di indung telur, otot rahim, selaput dinding panggul dan organ lainnya. Penyakit ini ditandai dengan nyeri saat haid ataupun nyeri saat berhubungan. Gejala lain yang dapat terjadi adalah mens yang banyak, nyeri panggul menahun, nyeri bokong, keluar darah di kotoran atau air seni saat haid dan nyeri menjalar dari perut bawah ke atas atau belakang.

Endometriosis dapat dibagi menjadi stadium I-II dan stadium III-IV dimana pada stadium I-II, endometriosis ditemukan hanya berupa bercak-bercak endometriosis di dinding perut atau panggul sedangkan pada stadium III-IV endometriosis ditemukan berupa kista endometriosis di ovarium atau adenomiosis di otot rahim.

Endometriosis stadium I-II tidak dapat dilihat dengan USG transrektal atau transvaginal bahkan MRI. Diagnosis endometriosis stadium I-II hanya dapat dilakukan lewat prosedur laparoskopi dimana kamera dimasukkan melalui lubang 1 cm di perut untuk dapat melihat bercak-bercak endometriosis di dinding perut atau panggul. Jadi bagi pasien dengan gejala nyeri haid hebat tetapi tidak ditemukan kelainan lewat pemeriksaan USG, belum tentu tidak ada endometriosis.

Endometriosis secara patologi sel-selnya masih jinak walaupun sifat endometriosis seperti kanker dimana penyakit ini menyebar dan berinfiltrasi ke dalam membuat susukan ke dalam dinding perut dan panggul serta organ lain. Endometriosis yang tumbuh di indung telur menjadi kista endometriosis atau kista coklat. Endometriosis yang tumbuh di otot rahim menjadi Adenomiosis. Adenomiosis ini sering diduga mioma atau fibroid. Secara klinis keduanya berupa benjolan atau tumor yang tumbuh di otot rahim. Tetapi tampilan USG dan sifatnya jauh berbeda. Mioma berbatas tegas terpisah dari otot rahim sekitarnya sehingga operasi pengangkatan mioma dapat dipastikan bersih sedangkan Adenomiosis berbatas tidak tegas karena sel-sel adenomiosis berinfiltrasi ke dalam sel-sel otot rahim normal sehingga pengangkatan adenomiosis tidak pernah bisa bersih sama sekali dan berakibat pada angka kekambuhan yang tinggi sekali. Karena itu operasi definitif untuk adenomiosis adalah angkat beserta rahimnya untuk memastikan tidak akan kambuh lagi. Dilemma dihadapi pada pasien adenomiosis yang ingin hamil, tentunya operasi terpaksa dilakukan dengan hanya mengangkat adenomiosisnya saja walaupun dengan risiko akan kambuh lagi dalam waktu sekitar 2 tahun. Karena itu setelah operasi pasien yang ingin hamil harus segera hamil, berlomba dengan kambuhnya penyakit. Kehamilan tidak dapat ditunggu tetapi harus diupayakan dengan berbagai macam program kehamilan.

Mengapa endometriosis membuat seseorang sulit hamil? Ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini antara lain:

1. Endometriosis menurunkan kualitas sel telur. Salah satu teori endometriosis adalah penumpukan radikal bebas dan zalir peritoneal yang toksik terhadap embrio dan sel telur. Radikal bebas yang dipicu oleh paparan terhadap polutan lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap kualitas sel telur sehingga berdampak pada sulitnya pembuahan atau kualitas kehamilan yang tidak baik (Blighted Ovum atau kehamilan yang tidak berkembang).

2. Endometriosis menimbulkan perubahan anatomi normal organ reproduksi. Dasar dari penyakit endometriosis adalah inflamasi atau peradangan. Dari proses inflamasi ini akan dihasilkan mediator-mediator inflamasi yang akan menimbulkan perlengketan organ reproduksi. Bisa berupa tersumbatnya saluran telur, lengketnya indung telur dengan dinding belakang rahim serta usus-usus sehingga menyebabkan terhalangnya sel telur bertemu dengan sperma untuk pembuahan di dalam saluran telur.

3. Endometriosis menurunkan cadangan sel telur (Ovarian Reserve). Bukan hanya kualitas tetapi kuantitas sel telur juga menurun dengan endometriosis apalagi dengan munculnya kista endometriosis di indung telur karena dengan makin membesarnya kista maka sel telur sehat akan makin terdesak. Indikasi operasi adalah jika besar kista sudah di atas 4 cm. Tindakan operasi pengangkatan kista dapat dilakukan dengan prinsip minimal invasive atau laparoskopi yaitu dengan membuat lubang kecil (0,5-1 cm) di perut, rawat hanya 1 hari dan dapat kembali ke aktivitas normal keesokan harinya. Pengangkatan kista ini jangan menunggu sampai kista besar sekali karena jika kista sudah terlanjur besar sekali maka hanya sedikit jaringan indung telur sehat yang dapat ditinggalkan yang berarti hanya sedikit sel telur sehat yang tersisa untuk dapat dibuahi sperma sehingga akan mempersulit terjadinya kehamilan. Kista endometriosis tanpa terapi tidak akan hilang sendiri tetapi akan membesar dengan makin progresifnya penyakit.

3. Endometriosis adalah penyakit sepanjang usia reproduksi dimana penyakit ini akan terus berkembang selama pasien masih haid dan masih dalam usia reproduksi, belum menopause. Penyakit ini akan berhenti sementara jika pasien berhenti haid (hamil atau menopause). Terlepas dari terapi yang dilakukan baik operasi maupun obat-obatan, endometriosis akan selalu kambuh karena itu kehamilan harus diupayakan, tidak menunggu, berlomba dengan kambuhnya penyakit. Harus disadari angka kekambuhan yang tinggi pada semua penyakit endometriosis berhubungan dengan sifat infiltrasi dan menyebarnya sehingga terapi apapun tidak ada yang bisa mengeradikasi bersih sel-sel endometriosis ini, apalagi jika paparan polutan lingkungan (bahan kimiawi, cemaran plastik, asap rokok dan kendaraan, zat pengawet dan pewarna, junk food dan daging olahan termasuk daging yang disuntik hormon) tidak dihindarkan.

Terapi endometriosis dibagi dalam 2 golongan yaitu terapi operatif dan obat-obatan. Terapi apapun yang diambil tidak bisa mencegah kekambuhan penyakit hanya menunda atau memperpanjang waktu kambuhnya kembali. Jenis terapi yang diambil bergantung pada keinginan fertilitas pasien (ingin hamil atau tidak), usia pasien dan derajat keparahan penyakit.

Bagi pasien yang masih ingin hamil maka terapi konservatif dengan mempertahankan rahim dan indung telur yang sehat menjadi pilihan. Prosedur pengangkatan kista dan lesi endometriosis lainnya dengan laparoskopi menjadi prosedur terbaik karena lesi endometriosis dapat divisualisasi dengan lebih jelas dengan prosedur ini sehingga pengangkatan lesi endometriosis dapat lebih bersih dilakukan dibandingkan dengan prosedur operasi biasa.

Bagi pasien yang tidak ingin hamil lagi maka terapi radikal menjadi pilihan untuk mencegah angka kekambuhan yang tinggi. Bergantung pada lokasi lesi endometriosis maka dapat dilakukan operasi pengangkatan rahim (pada kasus adenomiosis) atau pengangkatan indung telur (pada kasus kista endometriosis yang berulang).

Terapi obat-obatan hanya bersifat sementara dan sangat terbatas karena mempunyai beberapa efek samping. Terapi obat-obatan membuat kondisi “hamil buatan” dengan pemberian obat-obat hormonal seperti pil KB dan hormon progesteron. Atau membuat kondisi “menopause buatan” dengan pemberian obat penekan hormon yang dibatasi maksimal hanya 6 bulan. Begitu obat distop dan haid normal kembali maka perjalanan endometriosis juga berjalan kembali.

Kesimpulan: Endometriosis merupakan penyakit inflamasi yang menurunkan kualitas dan kuantitas sel telur serta membuat perubahan anatomi normal organ reproduksi sehingga mempersulit kehamilan. Endometriosis senantiasa berkembang dan kambuh terlepas dari terapi apapun yang diberikan karena itu bagi pasien yang ingin hamil maka kehamilan harus diupayakan dengan program hamil, tidak menunggu karena berlomba dengan kambuhnya penyakit. Kombinasi terapi operatif dengan laparoskopi dan obat-obatan penekan hormon menjadi pilihan terbaik terapi saat ini dilanjutkan segera dengan program hamil.

Nyeri Haid Sehingga Tidak Bisa Beraktivitas? Waspadai Endometriosis

Nyeri Haid Sehingga Tidak Bisa Beraktivitas? Waspadai Endometriosis

Mengalami nyeri saat haid memang fenomena yang wajar bagi perempuan. Sebab, rahim menegang demi luruhnya lapisan dinding rahim sehingga darah haid keluar.

Aktivitas ini dibantu hormon prostaglandin. Akibatnya, rahim berhasil berkontraksi sekaligus muncul sensasi sakit.

Namun rupanya, ada nyeri haid yang tidak normal. Hal ini diungkapkan oleh dokter spesialis kandungan dan kebidanan Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Grace Valentine.

Umumnya, nyeri haid hanya berlangsung pada hari pertama dan kedua menstruasi. Meski menyebabkan rasa sakit, nyeri tersebut seharusnya tidak sampai menggangu kegiatan sehari-hari perempuan.

“Kalau lebih dari dua hari dan menetap, nyeri dikatakan tidak normal,” ujarnya ditemui Kompas.com dalam temu media yang digelar RSPI, Jumat (29/3/2018) di Jakarta.

Nyeri Haid Sehingga Tidak Bisa Beraktivitas Waspadai Endometriosis

Dismenore, itulah sebutan bagi nyeri berlebihan saat datang bulan. Saking tak tertahankan, nyeri ini kadang bisa membuat wanita mengerang kesakitan.

“Nyeri berlebihan ini bahkan bikin wanita keringat dingin hingga pingsan,” imbuh Grace.

Dalam kesempatan tersebut, Grace mengingatkan kepada para perempuan untuk tidak mengabaikan hal tersebut. Pasalnya, bisa jadi perempuan tersebut mengalami penyakit endometriosis.

Grace berkata bahwa, endometriosis terjadi ketika ada pertumbuhan jaringan dari dinding rahim di luar rahim. Selayaknya dinding rahim, lapisan ini turut menebal dan meluruh saat haid.

Kendati demikian, karena letaknya bukan di rahim, maka darah terperangkap dan tidak bisa keluar bersama menstruasi.

“Ini yang buat (perempuan yang) sakit berlebihan saat haid. Kalau bisa keluar, warna darahnya coklat pekat,” terang Grace.

Wanita dengan endometriosis tidak hanya didera rasa sakit menahun, tapi juga menurunkan kualitas kesuburan. Operasi pengangkatan endometrium jadi solusi yang bisa dipilih.

“Setelah operasi harus lekas program anak. Sebab penyakit ini bandel, bisa berulang sebanyak 50 persen,” pungkasnya.

Selain Nyeri Haid Kenali Tanda-Tanda Lain Endometriosis

Selain Nyeri Haid Kenali Tanda-Tanda Lain Endometriosis

Endometriosis adalah keadaan endometrium yang berada di luar rongga rahim. Penyakit ini kerap terjadi pada wanita berusia sekitar 30-40 tahun dengan gejala utama berupa nyeri pada bagian panggul saat haid dan menstruasi yang tidak teratur.

Namun, ada gejala lain yang sering kali tak Anda sadari hal itu berkaitan dengan adanya endometriosis. Berikut lima gejala yang bisa jadi tanda Anda mengalami endometriosis.

Selain Nyeri Hiad Kenali Tanda-Tanda Lain Endometriosis

1. Pencernaan bermasalah Sakit perut, sembelit, dan diare bisa jadi tanda endometriosis jika terjadi selama siklus menstruasi. Direktur Pusat Penelitian Gynepathology di Massachusetts Institute of Technology Linda Griffith mengatakan, masalah pada pencernaan itu bisa menandakan endometriosis tumbuh di sistem pencernaan.

“Endometriosis dapat menyebabkan banyak gejala bahkan yang tidak terpikirkan oleh ginekolog,” kata Griffith.

Griffith menjelaskan, sakit perut hingga diare biasanya menjadi tanda penyakit Irritable Bowel Syndrome (IBS) atau gangguan pada sistem pencernaan. Namun, beberapa pasien IBS ternyata memiliki endrometriosis pada ususnya.

2. Terasa sakit di bagian sistem pernapasan Hal yang sering kali membingungkan para dokter yaitu ketika sel-sel endometrium ternyata bermigrasi ke banyak bagian tubuh lain. Misalnya, terdapat di rongga perut wanita, di lengan, paha, dan bahkan diafragma. Gejala yang muncul yaitu terasa sakit ketika bernapas hingga sulit menggerakan lengan.

“Siapa yang akan berpikir ketidakmampuan menggerakkan lengan Anda berhubungan endometriosis? Tapi itulah yang terjadi ,” kata Griffith.

3. Infertilitas Adanya endometriosis juga bisa menyebabkan wanita sulit hamil. Breton Barrier dari Departemen Obgyn dan Kesehatan Perempuan di University of Missouri mengatakan, infertilitas bisa terjadi ketika endometrium menyumbat saluran tuba.

Endometriosis dapat menghambat terjadinya konsepsi atau pembuahan. Hal inilah yang membuat kesempatan untuk hamil menjadi berkurang.

“Seorang wanita biasanya memiliki 20 persen kesempatan dari pembuahan setiap bulan, tapi endometriosis dapat menurunkan kesempatan itu sebesar 10 persen, ” kata Barrier.

4. Sering buang air kecil Hampir mirip dengan gejala infeksi saluran kemih, endometrium pada kandung kemih juga dapat menyebabkan seseorang sering buang air kecil. Kandung kemih juga akan terasa penuh selama siklus menstruasi.

“Hal ini dapat menyebabkan Anda merasa seperti harus buang air kecil sepanjang waktu. Memang hampir mirip seperti infeksi kandung kemih,” kata Griffith.

5. Gejala usus buntu Usus buntu yang terasa sakit juga bisa jadi menandakan adanya endometrium. Menurut Barrier, rasa sakit biasanya terjadi peradangan usus buntu karena terletak di bawah panggul. Cara membedakannya, yaitu jika endometriosis biasanya tidak disertai dengan demam seperti penyakit usus buntu.