Derita Miom di Usia Muda, Perlukah Angkat Rahim?

Derita Miom di Usia Muda, Perlukah Angkat Rahim?

TANYA: Dok saya seorang perempuan belum menikah, saat ini saya menderita miom yang ukurannya 9 cm. Kata dokter jika operasi harus mengangkat rahim, tapi saya di sarankan untuk suntik endorlih selama 6 bulan tapi suntik tersebut hanya memperlambat tidak menghilangkan miomnya. Apakah jika saya tidak operasi / suntik endorlin bisa tetap hamil? Apakah harus operasi dengan mengangkat rahim? Riyanti (25), Kebumen

JAWAB: Riyanti Yth. Pada usia 25 tahun dan sudah punya miom berukuran 9cm merupakan suatu hal yang sangat perlu diwaspadai. Terlalu muda. Menurut saya memang sebaiknya dioperasi untuk angkat miom saja. Semoga tidak ada masalah lain sehingga harus angkat rahim. Yang paling penting adalah bagaimana usaha untuk mencegah miom ini muncul lagi. Sebaiknya Anda segera menikah dan hamil. Pola hidup sehat mutlak harus dilakukan. Terimakasih.

Bisakah Hamil Jika Memiliki Miom?

Bisakah Hamil Jika Memiliki Miom?

Saat hendak merencanakan kehamilan, banyak hal yang bisa membuat perempuan khawatir. Termasuk, kenyataan bahwa ia memiliki miom alias fibroid. Apakah bisa hamil jika memiliki miom?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Tabloid NOVA bertanya kepada Dr. Yassin Yanuar Mohammad Sp.OG dari Rumah Sakit Pondok Indah.

“Apakah miom bisa mempengaruhi perempuan yang berencana hamil? Itu harus diketahui terlebih dahulu kondisi miom-nya. Di mana lokasinya, berapa ukurannya, kemudian apa saja keluhan yang ditimbulkan?” terangnya.

Perlu diketahui, 80 persen perempuan memiliki miom dalam hidupnya. Namun, ada yang kecil sekali sebesar biji apel, ada juga yang sangat besar. Ada yang hanya memiliki satu, ada juga yang memiliki beberapa miom.

Jadi bila Anda diketahui memiliki miom, jangan dulu berkecil hati. Faktanya, sebagian besar perempuan yang memiliki miom tetap bisa hamil dan melahirkan.

Bisakah Hamil Jika Memiliki Miom

1. Perhatikan ukuran dan lokasi miom
“Memang harus dilihat dulu apakah miom tersebut membuatnya sulit hamil? Apabila miom di endometrium dan menonjol sehingga mendesak rongga rahim, itu ada potensi mengganggu kehamilan. Tapi kalau di dinding rahim atau luar rahim, itu biasanya tidak menjadi kendala untuk hamil.”

Ia menambahkan, sebagian besar perempuan yang memiliki miom tak mengalami keluhan apa-apa. “Jadi misal seorang perempuan baru tahu ia memiliki miom setelah ia hamil, tapi selama ini memang tak ada keluhan apa-apa, berarti ya memang tidak apa-apa. Kecuali miomnya besar atau di atas 5 cm, itu perlu dipantau lebih intensif.”

Pasalnya, miom berukuran lebih dari 5 cm dikhawatidkan bisa mengganggu pertumbuhan rahim dan mendorong janin sehingga ia sulit berputar ke arah jalan lahir. “Janinnya bisa ‘sungsang’,” tambah Yassin.

2. Sebagian miom mungkin bisa hilang saat hamil
Di lain sisi, pemantauan pada miom juga bisa saja menunjukkan hasil yang menggembirakan. Karena, miom pun ada kemungkinan mengalami degenerasi ketika perempuan tersebut hamil.

“Karena miom itu kan tumor jinak yang berkaitan dengan hormonal. Jadi saat hamil, ada hormon yang bisa membuat miom degenerasi alias berkurang atau melemah. Jadi ada reaksi yang membuat miom tidak tumbuh lagi dan otomatis mati.”

Untuk beberapa miom, tambah Yassin, ia memang bisa menghilang seiring dengan terhentinya siklus hormonal perempuan. “Misal ketika ia hamil, konsumsi obat kontrasepsi, menopause, dan lainnya.”

3. Waspada bila nyeri
Namun ia pun tak menampik, sebaliknya ada juga potensi miom yang letak dan ukurannya riskan berbuntut pada pendarahan yang membuat nyeri.

Yassin menambahkan, miom yang berada di dinding rahim juga perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan gangguan pada dinding rahim yang akan berkontraksi.

Namun sekali lagi, Yassin mengimbau para perempuan yang memiliki miom untuk tidak terlalu khawatir. Pasalnya, bila miom tak menimbulkan gejala apapun, sebaiknya ia tak perlu dilakukan penindakan medis.

“Asal, rajin observasi setiap 6 bulan untuk melihat pertumbuhannya. Pasalnya, ada 1 persen potensi miom menjadi ganas. Tapi itu kecil sekali. Pokoknya, perhatikan keluhan,” ujarnya. Kalau terasa hal-hal tak biasa misal nyeri di area rahim, sebaiknya segera periksa.

4. Pasokan gizi janin dan miom bisa berebut? Mitos!
Mitos tentang kesehatan memang banyak sekali, termasuk yang mengatakan bila hamil dengan miom maka pasokan gizi yang seharusnya untuk janin bisa berebut dengan miom.

Yassin membantah mitos ini. “Tidak sesesumbar itu, sih. Kan, janin sudah punya plasenta sendiri yang fungsinya untuk perantara ibu dan janin,”

Terapkanlah Pola Hidup Sehat Untuk Mencegah Kista Dan Mioma

Terapkanlah Pola Hidup Sehat Untuk Mencegah Kista Dan Mioma

Sedikit kaum hawa di negeri ini yang memahami perbedaan antara penyakit kista dan mioma (myom). Memang, kedua penyakit ini sama-sama semacam tumor yang menyerang organ reproduksi perempuan. Pada tingkat tertentu kista dan mioma bersifat jinak.

Hanya saja, keduanya memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Yang pertama adalah lokasi tempat tumbuhnya kista dan mioma. Lokasi pertumbuhan kista berada pada indung telur (ovarium). Dus, penyakit ini kerap disebut dengan istilah kista ovarium.

Adapun mioma tumbuh pada otot rahim kaum perempuan. “Berbeda dengan kista yang tumbuh di luar rahim. Di sini letak perbedaannya,” kata Martin Walean, dokter kandungan RS Permata Bunda.

Pertumbuhan mioma, atau istilah medisnya mioma uteri, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain status hormonal. Hormon mempunyai peran yang sangat penting pada aktivitas rahim, khususnya hormon estrogen.

Hormon estrogen dapat merangsang pertumbuhan tumor yang satu ini. Sebab, jaringan mioma memiliki jumlah reseptor estrogen yang lebih tinggi daripada jaringan otot kandungan. Jadi kerap tumbuh lebih cepat pada masa usia reproduksi, terutama pada masa kehamilan.

Yang membuat mioma berbahaya adalah karena ia dapat tumbuh lebih dari satu lokasi di dalam rahim, dengan berat dan ukuran bervariasi. “Ini menyebabkan gangguan pada rahim,” ujar Mulyadi Tedjaprana, Direktur Klinik Medizone.

Perbedaan kedua adalah wujudnya. Apabila kista ovarium berbentuk kantong yang berisikan cairan, mioma berbentuk padat.

Menurut Boyke Dian Nugraha, ahli kandungan dari Klinik Pasutri Tebet, Jakarta, untuk bisa membedakan kista dan mioma dapat dilakukan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) empat dimensi. “Karena, cukup sulit membedakan keduanya dengan pemeriksaan konvensional,” katanya.

Boyke menambahkan, saat ukuran kista dan mioma mulai membesar, diperlukan penanganan khusus, misalnya tindakan pengangkatan laparoskopi dan laparatomi. “Tindakan ini hanya disarankan kepada wanita, yang ukuran kista atau miomanya di atas 5 sentimeter,” ungkap Boyke.

Meski belum diketahui penyebab munculnya kista ataupun mioma, Mulyadi Tedjapranata menyatakan bahwa kedua tumor jinak itu dapat dihindari dengan penerapan pola hidup yang sehat dan berkualitas.

Untuk menghindari kedua penyakit tersebut, saran Boyke, ada baiknya kaum wanita mengurangi asupan makanan yang dapat memicu produksi hormon estrogen, seperti tahu dan tempe, atau kacang kedelai. “Itu bisa merangsang timbulnya mioma,” tandas Boyke.

Pola hidup sehat lainnya, timpal Mulyadi, mengurangi konsumsi makanan berlemak dan sering mengonsumsi makanan kaya serat. Selain itu, hindari pemberian zat tambahan pada makanan. Yang paling penting adalah rutin berolahraga. “Kebiasaan rokok dan alkohol jelas harus dihentikan. Kalau bisa, juga hindari stres,” tegas Mulyadi.

Meski hanya 0,1% dari total kasus tumor jinak ini yang berkembang menjadi kanker ganas, menurut Martin, bukan tidak mungkin ke depannya akan makin banyak perempuan yang mengidap kista atau mioma. “Jika tidak dicegah sedari dini, kista dapat tumbuh jadi kanker ovarium mematikan,” kata dia.

Saat ini, menurut Martin, kanker ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus penyakit ginekologi di Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam itu, kanker ovarium merupakan penyakit kelima yang menyebabkan kematian perempuan setelah kanker paru-paru, kolorektal, payudara, dan pankreas.

Catatan saja, di AS, sebelum tahun 1998, kasus kanker ovarium pada perempuan berusia di bawah 50 tahun mencapai 5,3 per 100.000 kasus. Angka ini terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 1998 tercatat merudi 41,4 per 100.000 kasus yang menimpa perempuan di atas 50 tahun. (Raymond R, Andrie Indradie)

Kenalilah 3 jenis Miom Beserta Gejalanya

Kenalilah 3 jenis Miom Beserta Gejalanya

Ketika sesuatu terkait gangguan kesehatan terjadi di sekitar rahim, tentu menjadi sangat mengagetkan dan membuat khawatir, Begitu pula bila perempuan mengetahui dirinya memiliki miom.

Sekitar 75 persen wanita pernah mengalami miom. Miom (uteri fibroid/leiomioma) adalah pertumbuhan di dalam atau sekitar rahim yang tidak bersifat ganas/kanker, akan tetapi berupa tumor jinak.

Miom bisa muncul hanya satu, tetapi juga bisa beberapa secara sekaligus.
Ukurannya bervariasi, bisa sekecil biji hingga ukuran besar yang menyebabkan rahim membesar.

Kenalilah 3 jenis Miom Beserta Gejalanya

Jenis miom berdasarkan letaknya

Miom yang tumbuh di antara jaringan otot rahim (fibroid intramural). Ini lokasi yang paling umum terjadinya miom.

Miom yang tumbuh di bagian luar dinding rahim ke rongga panggul (fibroid subserous). Ini jenis yang bisa tumbuh menjadi besar.

Miom yang tumbuh di lapisan otot bagian dalam dari dinding rahim (fibroid submucous).

Penyebab miom

Belum diketahui secara pasti penyebab miom, tetapi dikaitkan dengan hormon estrogen. Faktor yang bisa meningkatkan risiko munculnya miom adalah:

1. Wanita dengan berat badan berlebih karena biasanya hormon estrogen pun meningkat.

2. Faktor keturunan. Wanita dengan ibu atau saudara perempuan yang pernah mengalami miom akan cenderung mendapati miom juga.

3. Faktor lain, seperti konsumsi alkohol, konsumsi daging merah ketimbang sayur dan buah.

Gejala miom

Sebagian wanita tak menyadari mengalami miom, tetapi bisa dikenali melalui gejala miom ini:

Nyeri atau sakit bagian perut atau punggung bawah.

Masa haid yang menyakitkan atau berlebihan.

Konstipasi dan sering buang air kecil.

Tak nyaman bahkan sakit kala berhubungan intim.

Mengalami kemandulan, keguguran, atau masalah pada masa kehamilan meski jarang terjadi.

Penanganan dan pencegahan

Pada kasus miom yang tak menimbulkan gejala, mungkin tak perlu pengobatan. Miom kecil akan menyusut dengan sendirinya dan menghilang. Pertumbuhan sel pada miom tak bersifat kanker.

Pengobatan dilakukan pada miom yang menimbulkan gejala untuk meringankan gejala tersebut. Bila pengobatan tak berdampak secara efektif, kemungkinan dilakukan tindakan operasi, di antaranya bedah histeroskopi, miomektomi, histerektomi, embolisasi arteri rahim, atau ablasi endometrium.